Laporan Praktikum Gizi Pangan
KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN PADA MANUSIA
OLEH
Kelompok
ISMAIL T HADA
Veronita t. sidiki
Rimin lasimpala
PRODI (S1) TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERIKANAN
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Istilah gizi
atau ilmu gizi dikenal di indonesia pada tahyn 1950-an, sebagai terjemahan dari
kata inggris “nutrition”. Kata gizi
sendiri berasal dari kata “gidzha” dalam bahas arab, yang berarti makanan. Kata
“gidzha dalam dialek mesir dibaca “gizi”. Sementara itu ad juga yang
menerjemahkan kata “nutrition” menjadi “nutrisi”.
Defenisi ilmu
gizi yang paling sederhana adalah ilmu yang mempelajari atau menganalisis
pengaruh pangan yang dikonsumsi terhadap organisme hidup. Defenisi yang lain
menyebutkan bahwa ilmu gizi mempelajari hubungan antara manusia dan pngan yang
dikonsumsinya, serta pengaruhnya terhadap aspek kejiwaan (psikis) dan kehidupan
sosialnya, yang meliputi juga aspek fisiologis dan biokimiawi.
Ilmu gizi juga
disebut sebagai ilmu pangan, zat-zat gizi dan senyawa lain yang terkandung
dalam bahan pangan. Reaksi, interaksi dan keseimbangannya yang dihubungkan
dengan kesehatan dan penyakit. Selain itu meliputi juga proses-proses
pencernaan pangan, serta penyerapan, pengangkutan, pemamfaatan, dan ekskresi
zat-zat oleh organisme.
Defnisi lain
menyebutkan bahwa ilmu gizi mempelajari proses-proses organisme hidup dalam
menerima dan memanfaatkan bahan pangan yang diprlukan untuk memelihara fungsi
organ tubuh dan untuk pertumbuhan serta perbaikan jaringan.
Zat-zat gizi
menyediakan kebutuhan sel-sel tubuh yang beraneka ragam. Sebagai mesin hidup,
sel memerlukan energi, bahan-bahan pembangun dan bahan-bahan untuk memperbaiki
atau mengganti bagian-bagian yang rusak. Setiap jenis sel mempunyai kebutuhan
yang berbeda.
Namun Masalah gizi merupakan masalah
yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara
maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan
penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi
dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi
permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu
masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi
(Azrul,2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan.
Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya makanan asing
yang disebabkan olehkemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi.
Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik
masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat
semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi
lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009).
1.2 Tujuan Praktikum
Kegiatan
praktikum ini bertujuan untuk
Ø Untuk
menghitung kebutuhan energi dan protein dari tiap-tiap individu
Ø Untuk
membuat formulasi produk berbahan dasar hasil perikanan serta komposisi gizi
dan kalori dari produk tersebut
Ø Untuk
menghitung energi produk yang dihasilkan dan jumlah konsumsi untuk tiap
individu
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,2007).
Menurut Suhardjo (1983), status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan
makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi
memuaskan. Sebainya jika kekurangan gizi atau kelebihan zat gizi esensial dalam
makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah
dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,2007).
Status gizi optimal adalah
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan
untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal,
jika jaringan tubuh penuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi
optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai
daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup
kelebihan dan kekurangan gizi (Supariasa,2007).
2.2 Angka
kecukupan gizi
AKG adalah jumlah zat-zat gizi yang hendaknya dikonsumsi
tiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian dari diet normal rata-rata
orang sehat. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan setiap faktor yang
berpengaruh terhadapa absorpsi zat-zat gizi atau efisiensi penggunaannya
didalam tubuh. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended
Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi asansial, yang
berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hamper
semua orang sehat.Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi(dietary
requirements). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal
yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat.
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended
Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang
berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir
semua orang sehat di suatu negara. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan
menyusui. Dalam perhitungan angka kecukupan gizi yang dianjurkan sudah
diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, dimana kebutuhan yang
dianjurkan sudah mencakup hampir 97,5 % populasi, dan untuk ekcukupan beberapa
zat gizi seperti vitamin, mineral sudah diperhitungkan sampai cadangan zat gizi
dalam tubuh. Sehingga perhitungan kecukupan zat gizi sudah memperhitungkan
penambahan sebesar dua kali simpang baku (standar deviasi) dari kebutuhan
rata-rata penduduk yang sehat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing
kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok
penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan
patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan
kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan
berat badan idealnya.AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
2.3 Kebutuhan Gizi atau Energi
Angka Kebutuhan Gizi atau Dietary Requirements adalah
banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan
status gizi yang adekuat. Kebutuhan tubuh akan zat gizi berbeda-beda menurut
kelompok umur, pada bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan, sedangkan untuk orang
dewasa merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara berat badan normal dan
mencegah deplesi zat gizi dari tubuh yang diperkirakan melalui penelitian
keseimbangan serta pemeliharaan konsentrasi normal zat gizi didalam darah dan
jaringan tubuh. Untuk zat-zat gizi tertentu, kebutuhan mungkin didasarkan atas
mulah yang diperlukan baik untuk mencegah ketidakmampuan tubuh melakukan suatu
fungsi khusus, yaitu jumlah yang mungkin sangat berbeda dengan kebutuhan guna
mempertahankan simpanan tubuh. Dengan demikian, penetapan kebutuhan setiap zat
gizi berbeda-beda sesuai dengan umur dan keadaan gizi seseorang.
Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang
diperlukan seseorang untuk hidup sehat. Kebutuhan zat gizi masing-masing orang
berbeda salah asatunya adalah faktor genetik. Manfaat perhitungan kebutuhan
gizi adalah sebagai baku evaluasi konsumsi pangan dan gizi, perencanaan menu
atau konsumsi pangan, perencanaan produksi dan ketersediaan pangan. Sedangkan
kecukupan gizi yang dianjurkan adalah jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang
atau rata-rata kelompok orang agar hampir semua orang dapat hidup sehat.
Energi
dibutuhkan manusia untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik sehari-hari
dan untuk memprtahankan kehidupan, yaitu untuk menggerak semua proses-proses
dalam tubuh, seperti sirkulasi darah, pernapasan, denyut jantung, pencernaan
dan proses-proses fisiologis lainnya. Karbohidrat, lemak dan protein adalah
sumber energi bagi kebutuhan tubuh. Energi yang masuk dalam tubuh melalui
makanan harus seimbang dengan energi yang dibutuhkan oleh masing-masing
individu.
Kelebihan
dan kekurangan energi pada msing-masing individu dapat diukur dengan melihat
berat badannya. Akibat masukan energi yang berlebihan darei kebutuhan, akan
menyebabkan kegemukan. Sementara masukan energi yang kurang dari kebutuhan
menyebabkan berat badan kurang.
Energi merupakan hasil katabolisme zat gizi yang terdapat
dalam tubuh dan yang berasal dari makanan yang dikonsumsi, dan digunakan
sebagai sumber kalori untuk semua proses yang terjadi dalam tubuh. Oleh karena
itu istilah lebih sempit dari kebutuhan zat gizi juga lebih sering disebutkan
sebagai kebutuhan energi.
Kebutuhan energi
orang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energi yang dimetabolisasi
dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energi, ditambah dengan
kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan, kehamilan dan menyusui yaitu energi
makanan yang diperlukan untuk memelihara keadaan yang telah baik.
Energi
yang dihasilkan tubuh digunakan untuk melakukan tiga kegiatan yaitu :
1.
Kerja internal
Kerja
internal adalah energi yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. energi untuk
kerja internal disebut energi metabolisme basal (EMB). Energi basal diukur pada
saat istirahat, tetapi tidak tidur, fisik dan emosi dalam keadaan rileks,
kurang lebih 12-18 jam sesudah makan. Energi basal ini dipengaruhi oleh luas
permukaan tubuh, jenis kelamin, umur, komposisi tubuh, kelenjar endoktrin,
kehamilan dan laktasi, status kesehatan, koreksi tidur, suhu tubuh, tonus otot,
latihan olahraga dan faktor stress.
2.
Kerja eksternal
Kerja
eksternal adalah energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan atau aktifitas
fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga, menyapu menulis, berkebun,
menjahit dan lain-lain. Energi untuk kerja eksternal disebut energi aktivitas karena diukur
melalui kegiatan yang kita lakukan. Pengeluaran energi ini dipengaruhi oleh
ukursn tubuh dan kebiasaan melakukan kegiatan. Semakin banyak aktivitas fisik
yang melibatkan fungsi otot, maka semakin banyak energi aktivitas yang diperlukan.
3.
Menutup pengaruh makanan
Energi yang
digunakan untuk menutup pengaruh makanan disebut spesifik Dynamic of food atau spesifik
Dynamic Action (SDA). SDA adalah banyaknya energi yang digunakan untuk
mencerna atau mengangkut makanan dalam tubuh. Penggunaan energi ini
diperkirakan terjadi sekitar 1-3 jam sesudah makan. setiap zat gizi dalam
makanan dalam memberikan kebutuhan SDA yang berbeda.
Zat gizi yang menghasilkan energi
adalah karbohidrat, protein, dan lemak, sehingga untuk istilah kebutuhan energi
lebih banyak akan dibicarakan adalah kebutuhan ketiga zat gizi tersebut. Energi yang
terkandung dalam suatu makanan tergantung dari jumlah karbohidrat protein dan
lemak.
Tidak
semua karbohidrat, protein dan lemak yang terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi dapat digunakan oleh tubuh, karena sebelumnya harus dilakukan
pencernaan dan penyerapan. Sehingga benar-benar dapat digunakan oleh tubuh
adalah sejumlah yang dapat diserap. Dengan kata lain jumlah masing-masing zat
gizi yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh tergantung dari daya cernanya. Selain
itu, khusus untuk protein, tidak semuannya diserap oleh tubuh dapat
dimanfaatkan oleh tubuh, dan kelebihannya akan dibuang melalui urine sebagai urea
Makromolekul
sumber utama energi yaitu :
1. Karbohidrat
Fungsi utama
karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Karbohidrat juga merupakan sumber
energi yang paling murah. Glukosa adalah sumber energi utama dalam jaringan
syaraf dan paru-paru. Selain berasal dari pangan yang dikonsumsi, tubuh dapat
memproduksi glikosa dari bagian molekul protein atau lemak melalui proses yang
dikenal sebagai “glukoneogenesis” (pembentukan glukosa baru). Karena itu
pembentukan jaringan-jaringan tersebut
dapat memperoleh sumber energi tanpa tanpa
adanya karbohidrat untuk waktu yang pendek. Glukosa merupakan sumber energi
yang lebih disukai oleh otot, meskipun dapat menggunakan asam lemak meskipun
tudak efisien.
Karbohidrat
merupakan zat gizi sumber energi paling penting bagi mahluk hidup karena
molekulnya menyediakan unsur karbon yang siap digunakan oleh sel.
Berdasarkan
ketersediaanya dalam tubuh maka karbohidrat yang terkandung dalam bahan pangan
dikelompokan dalam dua golongan yaitu:
Ø Karbohidrat
tersedia adalah karbohidrat yang dapat dicerna atau diserap serta dimetabolisme
dalam tubuh
Ø Karbohidrat
tidak tersedia adalah karbihidrat yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim-enzim yang terdapat dalam salurn pencernaan manusia sehinga akhirnya
tidak dapat diserap oleh tubuh.
Meskipun karbohidrat sebagai sumber
energi dapat digantikan oleh protein
atau lemak, suatu gejala yang tidak diinginkan akan timbul apabila karbohidrat
tidak terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Gejalanya sama dengan terjadi
pada penderita kelaparan. Terjadi kehilangan sejumlah besar natrium dan air
dari tubuh, yang belum dapat diungkapkan
dengan jelas mengenai penyebabnya. Hal ini yang membuat berat badan
meburun dengan drastis pada orang-orang
yang melaksanakn diet dengan makanan yang rendah yang rendah karbohidratnya
atau tidak mengandung karbohidrat sama sekali.
2. Protein
Istilah
protein yang berarti ”to take first place” (menduduki tempat utama),
diperkenalkan oleh Mulder, seorang pakar kimia Belanda pada tahun 1983. Mulder
menyebutkan bahwa protein adalah zat makanan mengandung nitrogen, yang
diyakininya sebagai faktor penting untuk menjalankan fungsi-fungsi tubuh,
sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya protein.
Protein
merupakan senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup. Setengah dari berat
kering dan 20% dari berat total seorang manusia dewasa merupakan protein.
Hampir setengahnya terdapat dalam otot, seperlimanya dalam tulang dan
kartilago, sepersepuluhnya dalam kulit dan sisanya pada jaringan-jaringan lain
serta cairan tubuh. Semua enzim yang terdapat dalam tubuh merupakan protein.
Protein
merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena selain sebagai sumber
energi, protein berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur di dalam
tubuh. Selain zat pembangun fungsi utamanya bagi tubuh adalah membentuk
jaringan baru, di samping untuk memelihara jaringan yang telah ada.
Fungsi utama
protein bagi tubuh adalah sebagai berikut :
Ø Pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan
Ø Pembentukan
senyawa tubuh yang esensial
Ø Regulasi
keseimbangan air
Ø Mempertahankan
netralitas tubuh
Ø Pembentukan
antibodi
Ø Transpor zat
gizi
Protein ikan terdiri dari serat-serat
yang pendek yang mengandung protein utama, yaotu miosin, aktin, aktomiosin dan
tropomiosin. Miosin dan aktinmerupakan protein struktural. Aktomiosin bersifat
labil, mudah berubah selama pengolahanatau penyimpanan, misalnya menjadi tidak
larut.
Diatas telah disebutkan bahwa
protein dapat berfungsi sebagai salah satu sumber energi bagi tubuh.hal ini
akan terjadi bila sumber utama energi, yaitu karbohidrat atau lemak tidak
terdapat dlam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh.
Fungsi protein sebagai zat pembangun tubuh adalah karena protein merupakan
bahan pembentuk jaringan baru yang selalu terjadi dalam tiubuh.
Nilai gizi protein yang dikonsumsi
akan menentukan jumlah yang harus dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan akan
protein, protein dengan nilai gizi rendah harus dikonsumsi dalam jumlah yang
lebih banyak dibandingkan dengan protein yang bernilai tinggi. Nilai gizi
protein dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
Ø Daya
cernanya
Ø Jumlah dan
komposisi asam-asam amino esensial
3. Lemak
Peranan
lemak dalam bahan pangan, yang utama adalah sebagai sumber energi. Lemak
merupakan sumber energi yang dapat menyediakan energi sekitar 2,25 kali lebih banyak daripada yang
diberikan oleh karbohidrat atau protein.
Lemak adalah
bentuk energi berlebih yang disimpan oleh hewan, sehingga jumlah lemak dalam
hewan yang dijadikan bahan pangan ditentukan oleh keseimbangan energi hewan
tersebut. Secara praktis, semua bahan pangan hewani mengandung lemak. Bahkan
daging sapi rendah lemak mengandung 28% lemak, yang memberikan kontribusi 77%
dari kalori makanan, sedangkan 51% lemak dalam “cheddar cheese” memberikan 73%
dari kalori makanan.
Lemak dalam
bahan panngan yang dikonsumsi akan memberikan rasa kenyang, karena lemak akan
meninggalkan lambung secara lambat yaitu 3,5 jam setelah dikonsumsi tergantung
dari ukuran dan komposisi pangan. Hal ini akan memperlambat timbulnya rasa
lapar.
Lemak dalam
pangan berperan sebagai pelarut dan pembawa vitamin-vitamin larut lemak (A, D,
E, K). Lemak sebanyak paling 10% dari total energi yang dikonsumsi nampaknya
diperlukan untuk penyerapan pro-vit A.
Lemak dalam
pangan juga berfungsi untuk meningkatkan palatibilitas ( rasa enak, lezat ).
Sebagian besar senyawa atau zat yang bertanggung jawab terhadap flavor pangan
bersifat larut dalam lemak. Juga diduga bahwa lemak dalam pangan akan menstimulir
mengalirnya cairan pencernaan.
Peranan
lemak yang pertama didalam tub uh adalah sebagai persediaan energi, yang
disimpan dalam jaringan adiposa. Sejumlah tertentu lemak dalam tubuh, yaitu
kira-kira 18% dari berat badan untuk wanita dan 15-18% untuk pria adalah normal
dan diinginkan.
Peranan yang
kedua adalah sebagai regulator tubuh. Karena lemak merupakan elemen esensial
bagi membran tiap-tiap sel dan merupakan prekursor prostaglandin, maka
pengambilan dan ekskresi nutrien oleh sel dapat dikatakan diatur oleh lemak,
demikian juga beberapa fungsi tubuh yang esensial dikontrol oleh lemak.
Lemak
terdapat dalam tubuh hewan sebagai (termasuk manusia) sebagai cadangan energi,
yang tersebar diseluruh jaringan mengelilingi jaringan atau sebagian komponen jaringan,
malahan terdapat jaringan yang sebagian besar terdiri dari lemak, yaitu
jaringan adiposa.
Lemak dalam
pangan memberi kepuasan cita rasa, menimbulkan rasa dan keharuman pada makanan,
sebagai agen pengemulsi seperti lesitin. Selain itu, lemak pangan merupakan
sumber penyedia asam lemak esensial yang
penting bagi tubuh, yaitu asam linoleat dan linolenat.
Disamping
untuk menutupi kebutuhan tubuh akan asam linolenat dan linoleat, manusia tidak
memerlukan konsumsi lemak. Hal ini dapat
di mengerti karena setiap kelebihan karbohidrat atau protein yang di konsumsi,
dapat dikonversi menjadi lemak didalam tubuh. Suatu ransum yang dapat
memberikan 2% dari jumlah total kebutuhan energi, dapat memenuhi kebutuhan
tubuh
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Alat dan
Bahan
Alat
|
Bahan
|
Alat tulis menulis, dan table angka kecukupan gizi
|
2 mahasiswa sebagai sample
|
3.2
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan yaitu:
Ø Menyiapkaniapkan
peralatan yang diperlukan, dan menentukan 2 orang mahasiswa sebagai sample
Ø Mengukur
tinggi dan berat badan mahasiswa tersebut
Ø Menghitung
kebutuhan energi dan kebutuhan protein masing-masing mahasiswa tersebut
Ø Membuat
formulasi dan teknik pengolahan produk berbahan dasar hasil perikanan
Ø Menentukan
komposisi gizinya dan menghitung jumlah kalori produk tersebut
Ø Menghitung
berapa banyak produk tersebut dapat dikonsumsi oleh 2 orang sample berdasarkan
kebutuhan energi dan proteinnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Protein
Berikut
adalah tabel hasil perhitungan kebutuhan energi dan protein pada 2 sampel yang
berbeda :
Tabel 1. Hasil perhitungan kebutuhan energi dan
protein
Sample
|
Umur (Tahun)
|
BA (kg)
|
TB (cm)
|
BS (kg)
|
AKG
Protein (gr)
|
AKG
Energi (K kal)
|
Aktivitas
|
AKG i
Protein
(gr)
|
AKG i
Energi
(K kal)
|
Pria
Wanita
|
21
22
|
55
50
|
170
155
|
62
54
|
55
48
|
2800
2050
|
Ringan
Ringan
|
48, 79
44, 44
|
2483, 87
1898, 15
|
Keterangan :
AKG i: Angka kecukupan energi atau
protein
BA : Berat badab aktual sehat (kg) berdasarkan berat
badan dan tinggi badan pada kelompok umur tertentu
TB : Tinggi badan (cm)
BS : Berat badan rata-rata (kg)
yang tercantum dalam DKG
AKG : Angka kecukupan Gizi (protein
dan energi) yang ada di tabel DKG
Untuk menghitung angka
kecukupan energi atau protein pada msing-masing sample maka rumus umum DKG yang
digunakan adalah :
Jadi perhitungan untuk kebutuhan
energi dan protein adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan untuk sample pria (Ismail T. Hada )
Ø Menghitung kebutuhan energi
= 2483, 87 K kal
Ø Menghitung kebutuhan Protein
48, 79 gr
2. Perhitungan untuk sample wanita (Veronita T. Sidiki)
Ø Menghitung kebutuhan energi
= 1898, 15 K
kal
Ø Menghitung kebutuhan Protein
44, 44 gr
Berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan energi atau protein untuk kedua sample tersebut maka kedua sample
tersebut dapat dikatakan keurangan protein dan energi dengan golongan umur
tertentu dan aktivitas ringan, hal ini terbukti dengan adanya selisih antara
protein dan energi yang ada pada daftar angka kecukupan gizi dengan hasil
perhitungan yang telah dilakukan.
Untuk sample pertama yaitu pria dengan umur 21 tahun, tinggi badan 170 cm,
berat badan 55kg dengan aktivitas ringan, hasil perhitungan kebutuhan energi
dan kebutuhan protei berturut-turut adalah 2483, 87 K kal dan
48, 79 gr, jumlah ini tergolong kurang untuk memenuhu kebutuhan energi
dan protein per hari, karena dalam daftar angka kecukupan gizi, energi dan
protein berturut-turut adalah 2800 K kal dan 55 gr, jadi kebutuhan energi dan
protein pria tersebut berturut-turut sebagai berikut energi 2483, 87 K kal dan
protein 48,79 gr selama sehari semalam.
Dan utnuk sample yang kedua yaitu wanita
dengan umur 22 tahun, tinggi badan 155 cm, berat badan 50 kg dan memiliki
aktivitas ringan, berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan energi dan protein
adalah energi 1898, 15 K kal dan protein 44, 44 gr, angka ini tidak mencukupi
kebutuhan energi dan protein yang dianjurkan berdasarkan tabel angka kecukupan
gizi. Dalam tabel angka kecukupan gizi per hari energi yang di anjurkan sebesar
2050 K kal dan protein 48 gr, jadi kebutuhan energi dan protein wanita tersebut
selama sehari semalam adalah sebagai berikut, energi 1898, 15 K kal dan protein
44, 44 gr.
2. Formulasi Produk Hasil Perikanan ( Nugget Ikan)
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan dari daging giling
dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat kemudian dicampur
dengan bentuk-bentuk tertentu selanjutnya dilumuri dengan tepung roti (coating)
dan digoreng. Pada umumnya nugget berbentuk persegi panjang ketika
digoreng menjadi kekuningan dan kering. Hal yang terpenting dari nugget
adalah penampakan produk akhir, warna, tekstur dan aroma. Pada saat
pelumuran dengan tepung roti diusahakan secara merata jangan sampai adonan
kelihatan. Tekstur dari nugget tergantung dari asal bahan baku
(Maghfiroh, 2000).
Tabel 2. Formulasi bumbu nugget ikan per 100
g daging ikan
Bahan
|
Jumlah (gram)
|
Bawang putih
Bawang bombay
Garam
Merica
Emulsifier (susu)
Tepung terigu
Putih telur
Telur utuh
|
2
42,17
4
1
50
15
40
120
|
3.
Komposisi Gizi Produk Hasil Perikanan
Untuk menghitung kandungan gizi terutama energi dan
protein pada masing-masing bahan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ket :
KGij :
Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram
Bj :
Berat bahan makanan yang dikonsumsi (gram)
Gij :
kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j.
BDDj :
presentase bahan makanan j yang dapat dimakan (% BDD)
1.
Kandungan energi dan protein pada bawang bombay
KG energi
= 17.84
K kal
KG protein
= 0.55
gr
2.
Kandungan energi dan protein pada susu
KG energi
= 168 K
kal
KG protein
= 4.1
gr
3.
Kandungan energi dan protein pada tepung terigu
KG energi
= 54.75
K kal
KG protein
= 1.34
gr
4.
Kandungtan energi dan protein pada putih telur
KG energi
= 20 K
kal
KG protein
= 4.32
gr
5.
Kandungan energi dan protein pada telur utuh
KG energi
= 174.96
K kal
KG protein
13.82 gr
6.
Kandungan energi dan protein pada daging ikan tuna
KG energi
= 117 K
kal
KG protein
= 23.20
gr
Dari hasil
perhitungan kandungan gizi khusnya energi dan protein diatas maka diperoleh Komposisi Gizi pada Nugget ikan per 100 gr daging ikan
Tuna dan formulasi bahan adalah sebagai berikut :
Energi :
552, 55 K kal
Protein :
47, 33 gr
Lemak :
24, 4 gr
Karbohidrat :
44, 26 gr
Kalsium :
213, 3 gr
Fospor :
339, 04 gr
Vit A :
1247,03 gr
Vit B :
0,18 gr
Vit C :
4,07 gr
Data
diatas khususnya energi dan protein diperoleh dari penjumlahan kandungan
masing-masing gizi dari tiap-tiap bahan yang digunakan untuk membuat nugget
ikan atau dari formulasi bahan.
4. Kebutuhan Energi Dan Protein Untuk Masing-Masing Sample
Dengan demikian kebutuhan
energi untuk sampel pertama (pria) dapat dihitung dengan jumlah kebutuhan
energi sampel dibagi dengan jumlah kandungan enrgi yang ada pada formulasi.
Sehingga perhitungannya menjadi 2483, 87: 552, 55 = 4,73
porsi/orag/100gram. Sedangkan untuk kebutuhan protein yaitu 48, 79 : 47, 33 = 1,03 porsi/orag/100gram. Untuk kebutuhan energi wanita yaitu 1898, 15 : 552, 55 = 3,61 porsi/orag/100gram, dan protein 44, 44 : 47, 33 = 0,94 porsi/orag/100gram.
Jadi untuk memenuhi
kebutuhan energi sampel pria harus mengkonsumsi 4,73 porsi/orag/100gram dalam
sehari dan untuk memenuhi kebutuhan energinya harus mengkonsumsi 1,03
porsi/orag/100gram dalam sehari. Sedangkan untuk protein wanita harus
mengkonsumsi makanan ini yaitu 3,61 porsi/orag/100gram dalam sehari dan
proteinnya 0,94 porsi/orag/100gram dalam sehari.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa apabila
konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka
akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi. Dan orang yang mempunyai berat badan lebih maka kebutuhan
energi dan proteinnya pun semakin banyak, begitu juga sebaliknya.
5.2. Saran
Dari kedua sampel diatas baik laki-laki dan sampel perempuan disarankan
agar mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi sebanding dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh, karena apabila terjadi kekurangan gizi atau kelebihan
gizi maka hal ini dapa mengakibatkan tidak idealnya berat badan sesorang.
DAFTAR PUSTAKA
Auliana R, 2001. Gizi dan Pengolahan
Pangan. Adicita. Yogyakarta
Muchtadi Deddy, 2008. Pengantar Ilmu
Gizi. Alfabeta, cv. Bogor
Arisman
,MB, Dr.(2004), Gizi dalam Daur Kehidupan dalam Buku Ajar Ilmu Gizi, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sunita
Almatsier (2005), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.